Pages

Senin, 30 November 2009

Mi-6 : Legenda Heli Raksasa TNI-AU


Helikopter Mil Mi-6 adalah helikopter yang dirancang berdasarkan persyaratan teknis bersama antara biro militer dan sipil. Mereka menginginkan heli raksasa yang tidak hanya dapat menciptakan dimensi baru dalam mobilitas perang dengan kemampuan memindahkan kendaraan lapis baja ringan, namun juga dapat digunakan untuk kegiatan eksplorasi di wilayah-wilayah terpencil di Uni Soviet. Syarat lain, helikopter itu harus dapat mengangkut kargo dalam jumlah besar, sanggup dalam berbagai macam kondisi serta memiliki jarak terbang yang jauh.
Setelah dihitung, syarat tersebut dapat dicapai apabila heli tersebut menggunakan mesin turbin bertenaga besar, satu hal yang belum pernah dibuat pada helikopter Soviet sebelumnya. Mesinnya sendiri cukup menakjubkan, sebagai gambaran berat rotor (baling-baling) utama dan gearbox Soloviev R-7 mencapai 3200 kilogram yang berarti lebih berat dari berat kedua mesin turboshaft Soloviev D-25V. Sejak produksi yang ke-30 pada 1960, Mi-6 dipasangi variable-incidence wing. Sayap yang terletak dekat rotor utama itu, selain sebagai stabilisator juga berguna untuk menambah daya angkat pesawat.
Saat terbang kecepatan jelajah, sayap itu menanggung 20 persen beban helikopter. Dengan begitu, Mi-6 dapat melakukan rolling take-off (lepas landas dengan meluncur seperti halnya pesawat biasa) dengan berat yang lebih besar dibandingkan dengan vertical take-off (lepas landas secara vertikal yang dilakukan helikopter pada umumnya). Menurut Chris Chant dalam buku Military Aircraft of the World, merupakan hal yang luar biasa. Helikopter ini terbang pertama pada akhir 1957 dengan pilot R.I Kaprelyan.

Rekor yang dicapai
Berbagai rekor dunia dicapai oleh helikopter ini yakni rekor dunia helikpter untuk kecepatan daya angkat, dengan rekor kecepatan 300 km/jam (180 mph) dipecahkan dan atas prestasi itu, Mi-6 memperoleh penghargaan Igor Sikorsky International Trophy pada tahun 1961. Tiga tahun kemudian, dalam sirkuit tertutup 100 km, Mi-6, kembali memecahkan rekor kecepatan 340 km/jam (211 mph), satu rekor yang bertahan hingga tahun 1989.
Teknis, daya angkut dan versi yang dibuat
Helikopter ini memiliki daya angkut internal normal 12 ton, atau 9 ton eksternal. Dengan daya angkutnya yang besar sangat disukai oleh pihak militer. Pada Pameran kedirgantaraan Tushino 1961, enam Mi-6 mendarat dalam dua kelompok : satu kelompok membawa sepasang rudal artileri lengkap dengan transporter, sementara kelompok lain membawa personel dan perlengkapan. Seperti seri pendahulunya yakni Mil Mi-4, maka Mil-6 juga memiliki pintu kerang (clamshell door) di belakang kabin guna memudahkan keluar-masuknya kendaraan lapis baja ringan. Untuk versi sipil, Biro Mil mengeluarkan versi Mil Mi-6P. Cirinya ada jendela lebih besar namun tidak memiliki pintu kerang. Versi lainnya adalah versi flying-crane helicopter dan heli pemadam kebakaran.
Data teknis Mil Mi-6 Hook
- Jenis : Helikopter transpor (angkut) berat

- Dimensi : Diameter rotor utama 35 m; panjang badan 33,18 m; panjang dengan rotor 41,74 m; tinggi 9,86 meter; berat kosong 27.240 kg; kecepatan maks. 300 km/jam; kecepatan jelajah maks. 250 km/jam; tinggi terbang maks. 4.500m; jarak jangkau dengan muatan setengah daya angkut maks. 650 km dan daya angkut maks. 42.500 kg

- Mesin : Dua mesin turboshaft Soloviev D-25V (TB-2BM masing-masing 5.500 hp (daya kuda)

- Awak : 11 orang terdiri atas pilot, dua orang ko-pilot, juru mesin udara (JMU), telegrafis, navigator, loadmaster, pembantu letnan udara dan sisanya adalah pembantu JMU. Dapat mengangkut 61 pasukan bersenjata lengkap.

– Senjata : Umumnya tidak dilengkapi senjata, namun helikopter ini sering dilihat dengan kanon 20 mm di hidung pesawat.

Dengan diameter rotor yang mencapai 35 m dengan berat 650 kg, dapat dinaiki manusia hingga teknisi dapat mengecek dengan berjalan diatas rotor hingga bagian tengahnya. Namun ciri khas pesawat buatan Uni Soviet adalah fungsi dan peralatan lebih diutamakan dibandingkan faktor lain seperti kenyamanan awak pesawat. Diantaranya kesediaan safety-belt (sabuk pengaman) yang hanya satu untuk empat penumpang. Mesin yang cukup besar menghasilkan goyangan dan suara yang cukup bising namun tidak dilengkapi peredam suara sehingga para penumpang dan awak melengkapi dirinya dengan pelindung pendengaran yang dibawanya sendiri, umumnya memakai kapas ditelinga.

Mil Mi-6 yang dioperasikan TNI-AU
Menjelang Operasi Trikora, pada awal 1960-an Indonesia membeli berbagai perlengkapan militer dari Uni Soviet. Namun beberapa diantaranya tiba setelah Trikora selesai. Termasuk diantaranya adalah helikopter Mil Mi-6 Hook pesanan Indonesia yang dibeli sembilan unit yang dioperasikan oleh TNI-AU (dulu AURI, Angkatan Udara Republik Indonesia). Pesawat itu diberi nomor registrasi H 270- H278. Beberapa publikasi asing menyebutnya enam unit helikopter.
Helikopter Mi-6 Hook sendiri bukanlah pilihan utama TNI-AU yang sangat menginginkan Sikorsy S-61 Sea King terutama versi S-64 Tarhe yang termasuk flying-crane helicopter. Namun karena alasan ekonomi dan terutama politik, tentu tidak bisa didapatkan sehingga apa yang bisa diambil dari Uni Soviet, itulah yang digunakan.

Sebelum menerbangkan Mi-6, para pilot TNI-AU berlatih dengan helikopter Mi-4 yang sudah dimiliki di Pangkalan Udara (Lanud) Atang Senjaya di Semplak, Bogor. Awal 1965, 22 personel TNI-AU dikirim ke Uni Soviet yang terdiri atas enam pilot, satu navigator dan sisanya teknisi. Disana mereka dilatih di Akademi AU Soviet di Frunze, ibukota Kirghyzstan.

Pendidikan diselesaikan dalam enam bulan dan pada Juni 1964 mereka kembali ke Indonesia, sedangkan helikopternya dikapalkan dari Sevastopol di Laut Hitam dan dibongkar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada tahun yang sama. Komponen Helikopter dirakit di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma oleh teknisi-teknisi Uni Soviet. Helikopter pertama Indonesia diterbangkan pada 1 Oktober 1964. Selanjutnya dimasukan ke jajaran Skadron 8 Wing 4 Lanud Atang Senjaya, Bogor.

Ini adalah artikel yang saifin ambil dari:http://indomiliter.wordpress.com/2009/09/11/mi-6-legenda-heli-raksasa-tni-au/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar